Falk Richter, penulis naskah ELECTRONIC CITY, adalah seorang yang multitalentis, dia tidak hanya menulis dan mementaskan drama-drama, tapi juga memberikan wawancara dan mempublikasikan karangan-karangan yang didalamnya mengungkapkan makian-makian anti neoliberalisme dan globalisasi. Dia juga menentang dimulainya perang Irak dan keadidayaan Amerika, meremehkan CNN dan film-film perang Amerika. Seorang kontemporer yang kritis yang selalu berjuang lokal dan berpikiran global. Dia selalu menginginkan dunia yang lebih baik.
Ciri khas Falk Richter adalah sikap dingin yang penuh analisis, di mana bahasanya mengumpulkan seni yang menyesuaikan diri dengan dunia bisnis dan dunia perantara yang penuh kritik. Dan itu setiap saat bisa jatuh antara penggambaran kesadaran permukaan ke dalam susunan ilusi (khayalan). Antara khayalan, kegilaan dan permukaan yang bersih dari keadaan normal yang dingin dan teratur rupanya tidak terdapat batas sama sekali.
Tema-tema cinta diantara hubungan kemanusiaan, saling menarik empati melalui DAS SYSTEM –bagaimana hubungan diantara para tokoh? Apakah kita melihat manusia atau orang-orang pembawa ideologi di atas panggung? Apakah akan menunjukkan cara bagaimana Falk Richter menulis tulisan yang realistis –atau bagaimana menggambarkan hubungan antara pengamatan, fiksi (khayalan) dan spekulasi (dugaan).
Rasa takut adalah motif dan penggerak utama. Di dalam tokoh-tokoh yang Falk Richter tulis, pribadi yang baru terbuka adalah seorang yang sangat depresi, karyawan yang sangat fleksibel dengan jati dirinya, yang bertindak dan hidup di depan lensa kamera imajinernya. Mekanisme dari rasa takut. Menggambarkan sesuatu dari rasa takut dan fantasi yang bergerak. Itu sangat realistis. Itu memang agak berlebihan dan oleh karena itu agak realistis. Falk Richter mengamati manusia dalam situasi-situasi, yang rasa takut tersembunyi di dalamnya menembus ke permukaan. Ketika dalam situasi-situasi dan ruang-ruang seperti bandara-bandara, menara-menara perkantoran dan deretan hotel-hotel tua, ketakutan masa kecil menembus seperti sesuatu yang meninggalkan, tidak dimiliki dan tidak dilihat, dunia melebur untuk perseorangan. Momen-momen ini bukan saja lebih irit, tapi juga menghadirkan keterasingan bagi tokoh-tokoh, pengalaman luar biasa dari rasa ‘dingin’ dan ‘kosong’, dari kemustahilan metafisik. Dalam dialog-dialog, konflik sering dilatihkan menjadi ketidakjelasan dan kegelian, diluar batas kebenaran-kebenaran yang realistis, yang juga banyak ditertawakan oleh Falk Richter. Tapi di dalam monolog-monolog, situasi-situasi tersebut dikeluarkan untuk motif utama Falk Richter, tentang hilangnya empati sebagai bencana dunia modern, pada Di Bawah es (Unter Eis) tentang titik menggelikan dalam pandangan gelap seseorang, dan dunia tak berperikemanusiaan yang tetap sama. PARANOIA Falk Richter dapat diandalkan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar