Senin, 04 Mei 2009

pengantar sutradara

Mainer yang budiman,
Kami ingin membagi kebahagiaan.

Kebahagiaan Pertama
Pekerjaan penting yang telah kami lakukan tahun ini adalah pembenahan organisasi . Setiap ditanya tentang struktur organisasi , kami selalu angkat bahu. Siapa ketuanya? Tidak ada. Yang ada hanyalah penanggung jawab mainteater. Selama ini yang disebut mainteater adalah tim produksi pementasan. Organisasi berjalan sesuai dengan kebutuhan sebuah produksi pementasan.

Berangkat dari kondisi inilah pada akhir Januari lalu beberapa orang yang selalu ikut dalam berbagai produksi mainteater berkumpul dan berdiskusi, mengadakan “rapat kerja”. Sengaja kami menyewa sebuah tempat, dengan harapan agar kami bisa berkonsentrasi membicarakan masa depan mainteater. Akhirnya terbentuklah organisasi mainteater dengan seperangkat pengurus dan program-program yang akan dilakukan dua tahun kedepan. Dua tahun pertama ini kami anggap sebagai masa konsolidasi. Adapun program yang akan kami selenggarakan adalah : Mengaktifkan kembali teater untuk anak-anak dan remaja, pementasan rutin, Mainer, program Magang (bidang artistik, produksi dan pemeranan) dan Emtiarts organizer.Harapan kami, dengan terbentuknya organisasi ini mainteater bisa hadir kehadapan anda secara rutin dan terprogram.


Kebahagiaan Kedua

Mulai Februari lalu kami menyelenggarakan sebuah program magang untuk pemeranan, artistik dan produksi. Lebih dari 130 orang mendaftar dan mengikuti wawancara. Tapi kami hanya menerima 30 orang saja. Selama tiga bulan peserta magang diberi bekal pengetahuan tentang dunia teater. Mereka langsung dilibatkan dalam sebuah produksi pementasan.

30 April kemarin program magang ini selesai dan diakhiri oleh sebuah pementasan teater “Kereta Api Bumel “(teater untuk anak-anak) di GIM. Ratusan siswa perwakilan dari beberapa SD menonton pementasan ini. Mereka bersemangat sekali ketika beberapa adegan melibatkan mereka untuk ikut serta merakit kereta diatas panggung. Setelah pementasan berakhir ,tim produksi dari pementasan ini langsung bergerak menawarkan ‘dagangannya’ kepada beberapa guru.Dan syukur Alhamdulillah beberapa SD ingin mengadakan kerjasama untuk menyelenggarakan pementasan ini di kemudian hari.


Kebahagiaan Ketiga

Setelah selesai pementasan Electronic City (EC), para penonton bertanya “Apakah mainteater akan mementaskan naskah lanjutan dari EC”?

Mainer yang budiman, seperti kita ketahui bahwa EC merupakan naskah bagian pertama dari tetralogi Das System. Naskah selanjutnya adalah UNTER EIS, HOTEL PALESTINIEN dan AMOK. Jadi yang dimaksudkan oleh mainer tadi adalah apakah mainteater mau mementaskan naskah UNTER EIS?
Seperti biasa kami jawab dengan senyum. Kami belum berani merencanakannya. Tapi secara diam-diam kami membaca naskah itu, dalam bahasa Jerman.

Unter Eis atau Di bawah Lapisan Es (DLE) adalah sebuah naskah yang berbicara tentang seputar dunia Konsultan perusahaan yang akan membangun dunia baru, dunia yang mereka ciptakan untuk para konsumen. Mereka melakukan apapun untuk memasukkan konsumen ke dalam dunianya. Mereka membangun sebuah dunia lain yang baru yang mereka ciptakan sendiri, yakni produk ekonomi yang mengarah pada kapitalisme. Mereka memikirkan cara bagaimana menarik konsumen untuk masuk ke dalam sistem kapitalisme. Mereka sanggup menanggung resiko, dan dunia akan dihancurkan untuk diganti dengan dunia mereka. Dunia kapitalisme akan menjadi dunia baru.

Tema ini terasa sangat kontekstual untuk kondisi saat ini. Terpuruknya sistem perekonomian dunia, kejadian ambruknya Lehman Bros, bangkrutnya AIG di Amerika Serikat dll seperti ada resonansi yang kuat dengan tema naskah di atas.

Seolah mendapat kekuatan kontekstualitas naskah ini, kami meminta pada Anna untuk menterjemahkan naskah ini langsung dari naskah aslinya yang berbahasa Jerman. Dan Anna pun langsung bergerak. Dalam tempo kurang dari satu bulan Anna berhasil menterjemahkannya. Dan kami pun mulai membacanya.

Kami mencoba mengajukan proposal pada Goethe Institut untuk mensponsori pementasan ini. Oleh karena ada kebijakan baru tentang sistem kerjasama, Goethe Institut menangguhkan proposal kami. Bersamaan dengan itu Yayasan Kelola mengadakan program Hibah untuk Karya Inovatif. Lantas kami pun merencanakan strategi bagaimana caranya agar kami bisa mendapat hibah tersebut. Bagaimana caranya agar pementasan DLE bisa masuk karya Inovatif? Seperti naskah EC, naskah DLE pun adalah naskah yang memungkinkan untuk melibatkan unsur film dan Multi media. Langsung kami menghubungi sahabat setia mainteater yaitu KINERUKU untuk sama-sama menggarap pementasan ini.Tanpa harus menunggu lama, KINERUKU menyambut hangat pinangan kami. Kami berdua mulai memikirkan dan merancang bentuk kolaborasi teater, film dan video arts. Dan proposal pun kami kirim ke Yayasan Kelola.

Sambil menunggu jawaban Kelola, kami mulai membedah naskah. Tak semudah yang kami bayangkan. Naskah ini bagai batu terjal. Tidak lazim. Didominasi oleh monolog-monolog panjang. Kalaupun ada dialog tapi sangat kering, tak intim. Temanya berbicara tentang dunia yang tak kami fahami. Gelap!apa ini maksudnya?terutama dialog-dialog Karl.

Kami membutuhkan bantuan seseorang yang faham dengan dunia ini. Atas rekomendasi Dian Ekawati, dosen Sastra Jerman Unpad, kami bertemu dengan Syaiful Rahman Soenaria (Ketua Jurusan Akutansi UNPAD). Melalui diskusi dengan Syaiful inilah batu terjal itu mulai melunak. Beliau menjelaskan keterkaitan naskah ini dengan dunia yang beliau geluti sebagai Akuntan dan juga Konsultan. Lalu menerangkan apa itu pilar-pilar Kapitalisme (teknoekonomi,politie, kultur) bagaimana hirarki di sebuah perusahaan konsultan, apa itu Boston Consulting Group (BCG),dll. Secara berseloroh beliau bilang bahwa tokoh Karl Schonenschein adalah gambaran masa depan mahasiswanya. Tak cukup hanya dengan Syaiful, kami pun berdiskusi dengan Pak Iqbal (dosen Psikologi UNPAD) untuk membedah unsur psikologis dari masing-masing peran, terutama Paul Niemand. Lalu Dian menyoroti dari sisi kecenderungan naskah Falk Richter. Diskusi dengan ketiga orang ini sungguh sangat bermanfaat bagi kami dalam memahami isi naskah DLE. Dan mereka pun menyumbangkan tulisan untuk pengantar pementasan ini, pro bono.Terima kasih, Vielen Dank.
Awal April kami mendapat kabar bahwa kami memperoleh Hibah Kelola. Yayasan Kelola dan Hivos akan mendanai pementasan DLE. Alhamdulillah. Padahal sebelumnya kami sudah bertekad dengan atau tanpa Kelola pun , ada atau tidak ada sponsorpun, kami akan tetap mementaskan naskah ini. Kadung sudah jatuh cinta.

Tak lama setelah itu, pihak Selasar Sunaryo menghubungi kami. Mereka memberitahukan bahwa proposal kerja sama penyelenggaraan pementasan kami disetujui. Syukur Alhamdulillah. Ini sebuah kehormatan untuk mainteater. Tempat ini sangat prestisius. Tidak semua group bisa pentas disini. Permohonan Selasar agar DLE bisa dipentaskan dahulu di Amphiteater Selasar, kami sepakati. DLE akan dipentaskan dulu di Selasar untuk publik khusus tanggal 15 Mei. Untuk umum dan mahasiswa akan dipentaskan di Rumentang Siang tanggal 19-20 Mei.
Mainer yang tercinta,

Itulah kebahagiaan yang ingin kami sampaikan. Begitu banyak kemudahan yang kami terima. Kami yakin itu semua karena dukungan yang tulus dari para mainer, pecinta mainteater, dan berbagai pihak yang peduli pada kami.

Terima kasih yang tak terhingga untuk Yayasan Kelola, Hivos, Selasar Sunaryo, Rumentang Siang, Tribun Jabar, Kompas Bandung, Syaiful Rahman Soenaria, Dian Ekawati, Iqbal, Dr. Safrina Norman, Godi Suwarna, Goethe Institut Bandung, dll.

Mainer adalah kata sapaan yang akan kami sampaikan untuk Anda, para pecinta, penggemar, penikmat, pemberi sponsor pertunjukan mainteater.

Terima kasih mainer.