Teks Di Bawah Lapisan Es berisi kumpulan dialog-dialog dan monolog. Dialog hanya ditemui dalam beberepa scene. Sedangkan monolog mendominasi naskah Di Bawah Lapisan Es.
Rasa takut adalah motif dan penggerak utama. Di dalam tokoh-tokoh Di Bawah Lapisan Es, pribadi-pribadi tokoh adalah seorang yang sangat depresif, manager yang sangat fleksibel dengan jati dirinya, yang bertindak dan hidup di depan lensa kamera imaginernya.
Mekanisme dari rasa takut, menggambarkan sesuatu dalam ketakutan dan fantasi yang bergerak. Memang sangat berlebihan tetapi sangat realistis.
Situasi-situasi dan ruang-ruang seperti bandara-bandara, menara-menara perkantoran dan deretan hotel-hotel, ketakutan masa kecil menembus seperti sesuatu ´yang tertinggal´ menjadi sesuatu yang tidak dimiliki dan tidak dilihat. DUNIA MELEBUR UNTUK PERSEORANGAN!!!
Momen-momen tersebut menghadirkan keterasingan bagi tokoh-tokoh, pengalaman luar biasa dari rasa dingin dan kosong, dari kemustahilan metafisik.
Dalam dialog-dialog, konflik sering mengutarakan ketidakjelasan dan kengerian diluar batas-batas kebenaran yang realistis. Monolog-monolog dalam naskah yang terjadi bercerita tentang hilangnya empati yang terjadi di dalam dunia modernisme.
Di Bawah Lapisan Es adalah sebuah naskah yang bercerita tentang titik menggelikan dalam pandangan gelap seseorang dan dunia yang tak berperikemanusiaan. Sistem kapitalis telah terbentuk. Menciptakan dunia yang baru adalah mungkin.